Jauhi Perkara Yang Membinasakan Ini
Jauhi Perkara Yang Membinasakan Ini ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at, 26 Dzul Hijjah 1439 H/ 07 September 2018 M.
Khutbah Jum’at Pertama Tentang Jauhi Perkara Yang Membinasakan Ini
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam…
Sesungguhnya ada beberapa perkara yang membinasakan umat Islam. Yang telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang tentunya kita berusaha untuk memperhatikan perkara-perkara tersebut. Diantara perkara tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
“Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi Nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
1. Banyak Bertanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa yang membinasakan umat-umat sebelum kita adalah banyak bertanya. Allah subhanahu wa ta’ala melarang kita banyak bertanya, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ …
“Wahai orang-orang yang beriman jangan kalian bertanya tentang perkara-perkara yang apabila tampak kepada kalian malah menyusahkan diri kalian sendiri..” (QS. Al-Maidah[5]: 101)
Allah juga berfirman:
أَمْ تُرِيدُونَ أَن تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِن قَبْلُ ۗ…
“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu?…” (QS. Al-Baqarah[2]: 108)
Orang-orang Bani Israil banyak bertanya kepada Nabi Musa. Ketika Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor kerbau, maka Bani Israil pun bertanya tentang apa warnanya, bagaimana dan yang lainnya.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala menegur kaum muslimin, “Apakah kalian hendak bertanya kepada Rasul kalian itu seperti Musa ditanya-tanya oleh Bani Israil?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabatnya untuk banyak bertanya. Karena sesungguhnya saudaraku sekalian, banyak bertanya seringkali menjerumuskan kepada pertanyaan-pertanyaan yang tidak-tidak.
Oleh karena itulah para ulama membagi pertanyaan menjadi dua bagian. Yaitu:
Pertanyaan yang disyariatkan
Kapan kita diperbolehkan bertanya? Kapan pertanyaan disyariatkan? Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa:
Pertama, ketika kita butuh
Ketika kita mendapatkan suatu permasalahan agama yang kita butuhkan. Sehingga kita harus bertanya kepada alim ‘ulama. Maka di saat itu pertanyaan disyariatkan. Allah berfirman:
…فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾
“...maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An-Nahl[16]: 43)
Kedua, untuk memahami suatu ilmu
Ketika kita tidak paham suatu ilmu yang diajarkan oleh guru kita dan supaya kita lebih memahami lagi sehingga kita pun banyak bertanya supaya kita benar-benar menguasai ilmu tersebut. Maka seperti ini pun kata beliau diizinkan. Karena maslahatnya besar. Adapun selain itu tidak disyariatkan.
Saudaraku sekalian..
Mencari-cari pertanyaan yang sebetulnya kita tidak butuhkan. Oleh karena itulah ulama Salaf terdahulu tidak menyukai pertanyaan atau permasalahan kecuali yang menimbulkan amal dan keimanan. Adapun apabila tidak menimbulkan amal, mereka tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Saudara-saudaraku sekalian..
2. Menyelisihi Nabi
Yang kedua yang membinasakan yaitu menyelisihi Nabi mereka. Dan hal itu terjadi disaat Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Perang Uhud dan perang Hunain. Di Perang Uhud kaum muslimin kalah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pasukan pemanah agar tidak turun baik menang maupun kalah. Akan tetapi mereka kemudian malah turun dan mengira bahwa peperangan telah selesai. Akhirnya terjadilah yang terjadi. Kaum muslimin kalah, 70 orang mati syahid di medan perang.
Di perang Hunain, diputaran pertama kaum muslimin kalah padahal jumlah kaum muslimin tiga kali lipat lebih besar daripada musuhnya. Mereka kalah akibat rasa ujub, merasa bangga dengan jumlah yang banyak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّـهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ ﴿٢٥﴾
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (QS. At-Taubah[9]: 25)
Saudaraku sekalian..
Padahal kaum muslimin disaat itu tidak melakukan syirik. Bagaimana kalau ternyata kesyirikan dilakukan oleh banyak kaum muslimin? Perdukunan, mistik dan yang lainnya. Maka dari itulah saudaraku sekalian, kenapa di Indonesia ini kaum muslimin mayoritas tapi seakan tidak punya kekuatan? Mereka malah diatur oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat. Akibat daripada banyaknya kaum muslimin yang tidak peduli dengan perintah-perintah Allah, tidak peduli dengan larangan-larangan Allah, tidak peduli apakah Allah ridha kepada mereka atau tidak. Sehingga kemudian mereka pun melakukan maksiat dan yang lainnya.
Maka saudaraku sekalian, tidak aneh dan tidak heran apabila ternyata kehinaan itu menimpa diri kita. Akibat kita sendiri menghinakan agama Allah subhanahu wa ta’ala, meninggalkan agama Allah subhanahu wa ta’ala. Maka saudaraku sekalian, ini dua perkara yang Rasulullah kabarkan kalau itu membinasakan umat Islam.
3. Ghuluw (Berlebih-lebihan)
Yang ketiga saudaraku, yaitu ghuluw (berlebih-lebihan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ ؛ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.” (HR. An-Nasa’i)
Apa yang dimaksud dengan ghuluw saudara-saudaraku? Apakah ketika seseorang berusaha menaati Allah disebut berlebih-lebihan? Tidak! Yang dimaksud dengan berlebih-lebihan ini yang pertama yaitu melebihi batasan-batasan syariat. Sehingga membuat perkara-perkara yang tidak disyariatkan atau yang kedua melebihi kemampuan diri kita ketika kita beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk ke rumah ‘Aisyah. Ketika Rasulullah masuk, keluarlah wanita yang terlihat badannya kurus, wajahnya sayu, lalu kemudian Rasulullah bertanya kepada ‘Aisyah, “Siapa dia?” Kata ‘Aisyah, “Ya Rasulullah dia wanita paling ahli ibadah di kota ini, dia diwaktu siang berpuasa diwaktu malam tak tidur hanya untuk tahajud” Kata Rasulullah:
مَهْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا
“Tinggalkanlah (perbuatan itu), kerjakanlah amalan semampu kalian, demi Allah, Allah tidak akan merasa bosan hingga kalian sendirilah yang merasa bosan.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam riwayat Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk ke masjid dan didapati tambang terikat di antara dua tiang. Kemudian Rasulullah bertanya, “Ini tali siapa?” Para sahabat berkata, “Ini tali Maimunah, ia apabila shalat malam dan telah lelah, ia bergelantungan diatas tali tersebut.” Kata Rasulullah:
حُلُّوهُ لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ
“Lepaskanlah tali itu. Hendaknva salah seorang dari kalian shalat pada saat segar, dan bila letih maka hendaknya ia duduk.” (HR. Muslim)
Berlebih-lebihan dalam beragama saudaraku, artinya tidak sesuai dengan batasan-batasan syariat. Seseorang berlebihan dalam mencintai wali sehingga menjadikan wali sesuatu yang seakan-akan tidak mungkin salah. Lalu ia mengkultuskannya. Ini jelas berlebih-lebihan yang tidak dibenarkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya berlebih-berlebihan dalam memuji dirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”).” (HR. Bukhari)
Islam melarang kita berlebihan dalam segala permasalahan. Dalam makan dan minum dilarang berlebih-lebihan, Allah berfirman:
…وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ﴿٣١﴾
“…makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Dalam mencintai seseorang, tidak boleh kita berlebih-lebihan. Kita mencintai seorang ustadz, kita mencintai seseorang yang shalih, tidak boleh berlebih-lebihan. Lihatlah kaumnya Nabi Nuh, saking berlebihannya mencintai orang-orang shalih, akhirnya mereka jatuh kepada kesyirikan. Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan firman Allah:
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ﴿٢٣﴾
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.” (QS. Nuh[71]: 23)
Kata beliau mereka adalah nama-nama orang-orang shalih. Setelah mereka meninggal, digambarlah. Tujuannya untuk memberikan motivasi ibadah. Lalu dibikinlah patung-patung dan monumen. Bukan untuk disembah tadinya. Setelah generasi itu hilang datanglah generasi yang tidak tahu. Lalu setan mewahyukan bahwasanya nenek-moyang mereka dahulu menyembahnya. Terjadilah penyembahan.
Saudara-saudaraku sekalian,
Ternyata kesyirikan yang pertama kali di dunia ini muncul akibat berlebih-lebihan dalam mencintai orang yang shalih. Kita membenci suatu kaum pun tidak boleh berlebihan. Tetap, kalaupun kita benci dan kita tidak suka, jangan sampai ketidaksukaan dan kebencian kita membuat kita tidak bersikap adil. Allah berfirman:
…وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ …
“…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, …” (QS. Al-Maidah[5]: 8)
Disebutkan dalam riwayat yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
“Cintailah orang yang engkau cintai seperlunya, karena bisa saja suatu hari dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi suatu hari kelak dia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR. Tirmidzi)
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah Kedua Tentang Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam…
Diantara perkara yang membinasakan, kita sibuk berlomba-lomba meraih dunia. Sehingga perlombaan kita meraih dunia melupakan kita untuk berlomba meraih kehidupan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam riwayat Bukhari dan Muslim:
فَوَاللَّهِ لَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Sungguh demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dibukakan (harta) dunia sebagaimana telah dibukakan kepada orang-orang sebelum kalian lalu kalian berlomba-loba untuk memperebutkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba memperebutkannya sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka“. (HR. Bukhari)
Demikian saudaraku,
Ketika kaum muslimin sibuk mencari dunia, berlomba untuk dunia, lupa untuk mempersiapkan kehidupan akhiratnya, lupa untuk beramal, sehingga akhirnya agama dianggap sesuatu yang sifatnya sampingan. Ketika dunia yang ia jadikan sesuatu yang paling besar dihatinya, akhirnya bencinya karena dunia, cintanya karena dunia, semangatnya pun juga bila ada pahala dunia. Adapun pahala akhirat dia anggap ringan dan kecil. Akibat daripada ia terlalu mencintai dunia.
Ketika seseorang sibuk dengan berlomba dunia, timbulnya penyakit-penyakit hati. Kesombongan, kedengkian, kekikiran, kebatilan, demikian pula keikhlasan pun hampir-hampir hilang di hatinya. Karena disaat ia beramal, motivasi dunia lah yang terbesar dihatinya.
Itulah yang bisa membinasakan umat Islam, membinasakan kita semuanya. Maka setiap kita hendaklah waspada saudaraku sekalian, dari perkara-perkara yang bisa membinasakan kita.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
إنك سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعوَات
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ وتقبل اعمالنا يارب العالمين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار، اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار، اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Tentang Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45616-jauhi-perkara-yang-membinasakan-ini/